Redaksi Pmancar
03 Februari 2023
Redaksi Pmancar
30 Maret 2023
Reyhan Ismail
29 Maret 2023
Angki Ang
27 Maret 2023
Redaksi Pmancar
26 Maret 2023
Meski musisi Indonesia saat ini rutin merilis single dalam format digital akhir-akhir ini, tampaknya masih jarang ada sebuah album kompilasi untuk persembahan sebuah grup musik yang menginspirasi banyak musisi hingga generasi berikutnya. Salah satunya band yang dibuatkan tribute-nya adalah Pure Saturday yang merupakan salah satu band indie pop yang menjadi pionir di skena musik indie Bandung. Mereka sudah bermusik selama 29 tahun dan merilis 3 album yaitu, Pure Saturday (1996), Utopia (1999) dan Elora (2005).
Musik Pure Saturday masih cukup relevan dengan berbagai kalangan umur, mulai dari mahasiswa hingga yang seumuran dengan personil Pure Saturday. Semangat Gotong Royong Pure Saturday dan band Bandung lainnya saat menggarap album pertamanya 25 tahun yang lalu cukup tersimpan di memori beberapa penggiat musik di Bandung. Selain semangat gotong royong musisi Bandung saat itu, musik Pure Saturday cukup mempengaruhi musisi-musisi baru di Bandung, atas kekaguman, kecintaan dan keinginan mempertemukan pendengar-pendengar baru dan lama terhadap musik Pure Saturday.
Berangkat dari semangat itu, Jangan Kolektif dan Mirror Rekords akhirnya menginisiasi untuk membuat tribute untuk Pure Saturday. Tribute ini diberi nama “A Tribute to Pure Saturday: P.S. Our Sincere Desire”. Pada Maret 2022, Rami Satria dari Jangan Kolektif mulai mengajak dan memaparkan konsep soal tribute ini pada beberapa band secara lisan. Setelah ajakan yang cukup lama pada band-band yang terpilih, berlanjut dengan pemilihan lagu oleh masing-masing band. Terdapat 16 musisi/band yang ikut andil dalam pengerjaan proyek album kolaborasi tersebut, di antaranya Bleach membawakan “Coklat”, CAL membawakan “Utopian Dream”, Erratic Moody yang membawakan lagu “Pagi”, Lamebrain membawakan lagu “Pathetic Waltz”, Loner Lunar membawakan “Silence”, Olegun Gobs membawakan lagu “Nyala”, Rasukma membawakan “Elora”, Ray Viera Laxmana membawakan lagu “Desire”, Rub of Rub membawakan “Awan”, Saturday Night Karaoke melantunkan “A Song”, Sheeka menyajikan “Gala”, Suarloca dengan “Labirin”, The Couch Club menyajikan “Spoken”, The Panturas melantunkan “Di Bangku Taman”, dan The Sugar Spun menyajikan lagu “Simple”.
Rami Satria menceritakan bagaimana dia dan kawan-kawan dari Jangan Kolektif bisa berkolektif hingga membuat program album kompilasi tersebut. Jadi dia mendirikan kolektif itu sejak tahun 2021. “Itu terinisiasi gara-gara di pertengahan menuju akhirnya pandemi itu kan acara-acara mulai jarang,” ujarnya. “Dan kita inisiatif aja bikin acara kecil aja di bar gitu mengundang band-band yang lagi emerging dan lain-lain, kemudian kita sempat bikin zine terus kita sempat bikin pameran, kuratornya.
Dia pun menjelaskan juga kenapa pada akhirnya dia dan teman-temannya membuat tribute tersebut, “itu karena lebih ingin regenerasi band aja sih, tujuannya sih itu ya nggak tahu tercapai atau enggak, supaya pendengarnya Pure Saturday sama pendengarnya band-band yang sekarang lagi hype itu bisa saling tahu marketnya. Intinya sih itu supaya bisa regenerasi dan tukaran pasar, itu aja.”
Rami Satria juga menceritakan secara singkat tentang pengerjaan proyek album kompilasi “A Tribute to Pure Saturday: P.S Our Sincere Desire” dan bagaimana proses yang dilaluinya. “Yang pasti tahap awalnya tentang Pure Saturday dulu kita ngejelasin nih proyek tribute ini itu tujuannya apa, dalam rangka apa merayakan ini, dan sebenarnya yang diangkat itu kan 25 tahun self-title-nya Pure Saturday kan terus akhirnya mereka sudah ‘oke’ saya langsung menghubungi band-bandnya,” ungkapnya.
Sebenarnya band-band yang dihubungi oleh Rami itu teman-teman juga, sehingga dia pun tak merasa kesulitan. "Saya memutuskan untuk menghubungi band-band yang saya kenal aja karena ini kan pasti berurusan dengan royalti, pembagian ini itu, kalau yang enggak kenal itu malah takutnya repotin diri sendiri. Makanya saya menghubungi band-band pun kayak, “ini gue mau ngerjain proyek ini, tujuannya ini lu mau nggak ikutan” katanya. Lebih lanjut, “Kalau memang pengen gue nggak bisa proper lebih banyak, rekaman kalian yang urus sendiri gue entar yang urusin campaign-nya,” sahut Rami menceritakan ajakannya ketika menghubungi band-band terkait album tersebut.
“Setelah itu, Alhamdulillah band-bandnya mau semua sih. Kemudian setelah menghubungi band-band. Akhirnya mereka rekaman habis rekaman mereka menyetor semua master. Di master-nya itu sama mas Indra Adhikusuma. Sehabis master, ya udah langsung menghubungi Disaster Records buat distribusi rilisan fisik. Disitu hearing session, rilis habis itu dan rencananya akan ada merchandisenya sih.”
Juga dalam perilisan album kompilasi Our Sincere Desire yang dikerjakan dia menjelaskan konsep dan treatment dari Jangan Kolektif untuk bisa menghubungkan musisi yang terlibat dengan karya-karyanya Pure Saturday. “Menghubungkan ya tadi, sebenarnya band-band yang diajak itu masih teman-teman semua. Jadi seperti mengajak selayaknya teman aja mau ikutan nggak proyek ini gitu. Terus proses pemilihan lagunya pun nggak ribet sebenarnya, jadi ya udah saya menghubungi band-bandnya satu-satu dalam waktu yang bersamaan siapa cepat yang ngontak duluan dia yang dapat lagunya gitu.
“Sebenarnya waktu menghubungi band-band tersebut pada mau semua, excited-lah gitu. Jadi untuk pemilihan band-nya pun saya memilihnya apa ya, bisa dikatakan semua genre ada gitu, dari mulai dub, punk, rock, shoegaze, pop, city pop, ska dan lain-lain, metal semua ada gitu. Jadi seengaknya waktu si kompilasi ini keluar tuh masing-masing band memiliki karakter yang kuat untuk dikeluarin, gitu aja sih.”
Sebelum menutup obrolan tersebut dia mengakhirinya dengan membagikan cerita menarik dibalik pembuatan album kompilasi tersebut dan agenda yang akan dikerjakan ke depannya.
“Kalau cerita menariknya itu, si Panturas kan mereka paling awal rekaman karena mereka saya kasih studio, karena melihat jadwal mereka yang padat kayak ya udalah Panturas duluan aja deh gitu. Mereka rekaman biar enak aja kedepannya biar nggak nungguin lagi. Tahunya ujung-ujungnya mereka yang paling terakhir nyetor juga,” ungkap Rami sembari tertawa. “Itu tuh kalau nggak salah Panturas masuk studio itu Maret, kalau enggak April,” perkiraannya. Lebih lanjut, “baru beres tuh mereka akhir-akhir tahun lah, November kalau nggak salah, atau nggak salah bulan-bulan akhirlah lupa bulan apa, cuma itu lucu mereka paling awal rekaman paling akhir nyetor,” ungkapnya sembari tertawa.
“Pengen sih, pengen ada tur ya, nggak perlu tur sih, seengaknya showcase untuk mainin si 16 band yang ikut tribute ini. Ya doain aja rejekinya ada, duitnya ada, soalnya lumayan ya mainin 16 band di waktu yang bersamaan dengan level kolektif semacam kita, jadi ya doain aja.”
“Mungkin buat tahun ini sih ya mulai kayak dulu aja sih, sebenarnya kan kita sempat vakum delapan bulan kayak nggak ada aktivasi sama sekali. Ini tuh aktivasi pertama lagi setelah vakum si tribute ini. Mungkin kedepannya ya bakal bikin-bikin acara lagi, acara kolektif kayak mengundang band Bandung dan luar Bandung untuk main di Bandung atau kita bikin di Jakarta, gigs di Jakarta mengundang band dari Bandung semacam itulah. Kemudian kepingin bikin majalah lagi sih ya cuma di tunggu tanggal mainnya aja.” tutupnya. (*)
Subscribe untuk mengakses konten Premium Pmancar.com