Rully Fachdar
23 September 2022
Redaksi Pmancar
01 November 2023
Redaksi Pmancar
10 Oktober 2023
Redaksi Pmancar
22 September 2023
Redaksi Pmancar
05 September 2023
Foto dan Teks: Rully Fachdar | Grafis: Rania Khaerunnisa
Kemarin, tepatnya hari Kamis, 22 September 2022 saya mewakili Pmancar.com berkunjung ke sebuah acara pameran seni anak sekolah menengah atas (SMA). Kegiatan ini diselenggarakan oleh CREATE (Creative Youth for Tolerance). CREATE merupakan sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan toleransi di lingkungan sekolah, dengan menggunakan pendekatan seni budaya. Sejak Juli tahun 2022, konsorsium CREATE Sulawesi Selatan telah melakukan kegiatan residensi bertajuk “Di Luar Jam Sekolah” untuk para pelajar SMA/MA sederajat di Kab. Gowa dan kota Makassar. Metode belajar residensi ini dipilih sebagai salah satu pengalaman berbeda yang ditawarkan kepada para pelajar untuk mengeksplorasi isu-isu toleransi, keberagaman, kesetaraan gender, dan inklusi sosial.
Proses residensi berlangsung selama enam pekan (Agustus - September 2022) yang masing-masing dibagi kedalam tiga komunitas host sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Ketiga komunitas tersebut adalah Kedai Buku Jenny (KBJ), Tanahindie, dan Siku Ruang Terpadu. Ketiga komunitas tersebut memiliki fungsi sebagai ruang dan juga fasilitator yang bertugas mendampingi para peserta belajar terkait isu yang menjadi ketertarikannya dan mengolah isu tersebut menjadi sebuah karya seni yang akan dipamerkan ke ruang publik.
Pameran Seni "Di Luar Jam Sekolah" merupakan tahapan akhir dari semua rangkaian kegiatan residensi selama enam pekan bagi para peserta.
Mancars, jika kalian berkunjung ke pameran ini dan memasuki ruang galeri eksibisinya, kalian akan menjumpai tiga instalasi seni interaktif. Seni rupa, audio-visual, dan instalasi performatif. Pembukaan pameran sekaligus dirangkaikan dengan diskusi publik yang mengangkat tema bincang “Bagaimana Sekolah Memfasilitasi Imajinasi”. Menghadirkan empat narasumber diantaranya, Zulkhair Burhan atau akrab disapa Kak Bob (Akademisi), Wilda Yanti Salam (Fasilitator CREATE), Ibu Rita Kartini (Guru SMA), dan Harnita Rahman (Moderator). Diskusi ini bertujuan meletakkan fundamental berdialog dan diskusi antara seniman muda dan publik.
Meskipun datang terlambat saya masih mendapatkan beberapa bagian penting dari jalannya diskusi. “Pameran seperti ini yang diikuti oleh para pelajar baru ada lagi setelah 20 tahun,” ujar salah satu guru yang berkesempatan menuangkan pendapatnya pada sesi diskusi tersebut. Sekolah harus berperan aktif dalam memfasilitasi imajinasi para siswanya agar tidak melulu mengukur keberhasilan para pelajar hanya dari capaian nilai akademiknya.
Para pengunjung yang hadir didominasi oleh para siswa-siswi, peserta residensi, teman-teman komunitas yang menjadi fasilitator selama kegiatan residensi, rekan-rekan media, dari kalangan musisi, akademisi, hingga guru.
Selepas diskusi selesai, dilanjutkan dengan pembukaan galeri pameran. Dalam tour galeri tersebut para pengunjung diperkenankan menjelajahi berbagai instalasi seni dengan berbagai bentuk dan ukuran yang bervariasi. Yang menyita perhatian saya selama jelajah galeri kemarin adalah karya seni yang dibuat oleh siswi bernama Putu yang merepresentasikan kegusarannya melalui medium mixed media. Menceritakan perihal lingkungan, agama, serta orang-orang di lingkungan sekitar.
Adapun seni performatif di sini disuguhkan oleh Qanita Viola. Judul yang diangkat dalam instalasinya adalah ‘Bitter Truth’ tentang seseorang yang berusaha untuk diterima oleh sekelompok orang yang dia pandang sebagai orang yang berkuasa. Dalam deskripsi karyanya berangkat dari pengalaman pribadinya.
Umumnya karya para seniman muda ini bercerita tentang lingkungan sekitarnya, mulai dari perundungan baik yang secara verbal maupun secara fisik. Beranjak dari situ, pada malam harinya para pengunjung silih bergantian datang memasuki ruang pameran tersebut. Kemudian ada pertunjukan musik yang disuguhkan oleh Ruangbaca (duet Viny dan Ale), sekaligus menjadi menu penutup dari rangkaian kegiatan.
Membawakan sejumlah lagu-lagu hits yang terkenal dengan lirik yang penuh makna. Di Balik Jendela, Terbangnya Burung, Seorang Yang Kelak, hingga Minggu Pagi. Riang, satu kata yang dapat mendeskripsikan aksi-aksi dari Viny Mamonto di atas panggung.
Mancars, “Di Luar Jam Sekolah” hadir selama empat hari di Artmosphere Day hingga 25 September 2022. Ada berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan tiap harinya, dan kalian juga bisa mengunjungi galeri pameran yang dibuka hingga pukul 10 malam. Akhir pekan ini kamu wajib datang, Mancars. Jangan sampai melewatkan kesempatan ini ya!
Subscribe untuk mengakses konten Premium Pmancar.com